Tuesday, September 17, 2013

Nilai Sebuah Kemampuan

Sekitar 12 atau 13 tahun yang lalu guru olahraga masa SD memberi tes untuk ujian nilai praktik catur wulan. Ia memberi tes ujian renang. Kenapa harus renang? mendengar itu beberapa teman saya sangat bergembira tapi tidak dengan saya. pertama tubuh saya yang kecil dan kurus pasti akan malu kalo yang lain melihatnya, kedua ya, karena saya tidak bisa berenang.
Kolam renang adalah tempat yang asing bagi saya, saya tidak pernah melihat kolam renang sungguhan sebelumnya. Makanya saya membaca, menghapal dan memahami pelajaran renang lewat buku Penjaskes jauh hari sebelum tes itu dimulai. saya sudah faham bagaimana caranya berenang. mulai dari gaya katak, kupu-kupu ataupun gaya bebas.
Kemudian kami dibawa ke Lumban Tirta salah satu venue renang terbesar di Palembang. melihat air teman-teman saya langsung loncat ke kolam. sesuai absen satu-satu murid dipanggil, untungnya mulai dari absen terbawah jadi saya yang dipanggil terakhir.
Ketika saya maju, hanya saya yang masih berseragam olahraga lengkap dan kering. Sang guru bertanya kepada saya "Bagaiaman Aji, kamu mau berenang?" saya mengajukan pilihan "saya ujian lisan aja pak" dan sang guru mengiyakan. Saya menjelaskan secara detil bagaimana mekanisme berenang, dari menahan napas, loncatnya bagaimana, hingga harus mensejajarkan tubuh dengan permukaan air. Dan anda tahu siapa yang dapat nilai A? ya salah satunya saya dengan point 85. nilai saya termasuk tinggi daripada teman-teman saya yang berenang tanpa tahu teknik yang benar, asal nyebur dan ngapung.
Luar biasa. Saat itu saya merasa, ini keajaiban. Tapi 11 tahun kemudian, saya dua kali nyaris tenggelam, salah satunya di Pantai Anyer Banten tak ada yang tahu saya  tenggelam hal yang menyelamatkan saya hanya berjalan diatas karang-karang yang tertutup pasir. Satunya lagi dikolam renang karena tidak sengaja berenang di kedalaman 3 meter niatnya agar bisa berenang dan tidak terulang lagi seperti di pantai. tapi yah, memalukan, dan menyakitkan.